Entri Populer

Kamis, 27 Desember 2012

artikel konseling islam Puasa sunnah Senin kamis sebagai kontrol Diri





TUGAS INDIVIDUAL ARTIKEL KONSELING ISLAM
PUASA SUNNAH SENIN-KAMIS SEBAGAI PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL) DALAM KONSELING ISLAM

Artikel ini Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Teori dan Praktek Konseling
Dosen pengampu       : Pihasniwati,.S.Psi, Psikolog,. Psi
LOGO UIN

Disusun oleh:
Nama              : Nina Maryati
Nim                 : 10710003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012

PUASA SUNNAH SENIN-KAMIS SEBAGAI PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL) DALAM KONSELING ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bagi seorang konselor muslim, tentunya mmerlukan ketrampilan dan strategi konseling.Atau dinamakan dengan tekhnik konseling.perlunya tekhnik-tekhnik tertentu dalam proses konseling tentunya agar kegitan konseling bisa berjalan dengan efektif dan efisien dan berdya guna. Tentunya banyak tekhnik-tekhnik yang bisa digunakan seorang konselor untuk membantu konseli.
Maraknya kriminalitas yang terjadi dimana-mana, pergaulan bebas antar remaja/mahasiswa, tawuran siswa SMP/SMA dan lain sebagainya bukan hal yang tabu lagi. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi individu untuk berbuat kriminal seperti faktor ekonomi, sosial, budaya serta kemampuan yang kurang untuk mengontrol diri. Kurangnya kontrol diri (self Control) dalam diri individu seringkali akan menjerumuskan pada hal yang bersifat kriminal. Kontrol diri (self control) adalah kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif, yang mana kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-prosesdalam kehidupan termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Kontrol diri (self control) sendiri sebenarnya mudah untuk dikembangkan karena dalam islam pun sudah mengkaji mengenai bagaimana manusia untuk mampu menahan hawa nafsunya. Pada artikel ini akan mengkaji tentang salah satu pendekatan islam yang dapat digunakan untuk meningkatkan kontrol diri yaitu dengan puasa sunnah Senin-Kamis karena agama islam telah menganjurkan untuk memperbanyak ibadah dalam kesehariannya, melaksanakan yang wajib dengan baik, serta melaksanakan yang sunnah sebagai penyempurna ibadah yang wajib.



B.     Tujuan penulisan Artikel
Artikel ini berjudul Puasa Sunnah Senin-Kamis Sebagai Pengendalian Diri (Self Control) Dalam Konseling Islam. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini akan banyak membahas mengenai bagaimana puasa sunnah Senin Kamis sebagai kontrol diri individu.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C.    Pengertian Puasa
Pengertian puasa secara bahasa yakni menahan dan mencegah sesuatu(al-imsak wal kaffu ani sya’i). Puasa itu Shiyam yang berarti menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Maryam ayat 26 berikut ini:
Í?ä3sù Î1uŽõ°$#ur Ìhs%ur $YZøŠtã ( $¨BÎ*sù ¨ûÉïts? z`ÏB ÎŽ|³u;ø9$# #Ytnr& þÍ<qà)sù ÎoTÎ) ßNöxtR Ç`»uH÷q§=Ï9 $YBöq|¹ ô`n=sù zNÏk=Ÿ2é& uQöquø9$# $|Å¡SÎ) ÇËÏÈ  
Artinya: " Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini" (QS. Maryam: 26).
Jadi Puasa senin kamis ialah puasa yang hukumnya  sunah, di mana tidak ada kewajiban dan paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain. Puasa, pada hakekatnya merupakan peribadatan, sebagai pembelajaran dalam mengendalikan nafsu yang merugikan, seperti pikiran negatif (shuudhon), nafsu marah, dendam, iri atau sikap bermusuhan terhadap sesama makhluk. Secara psikologis, ibadah tersebut merupakan proses pengontrolan dan pengendalian diri (self control) terhadap basic needs. Ibadah tersebut merupakan salah satu bagian dalam pelaksanaan ajaran agama dan unsur yang lainnya adalah unsur keyakinan terhadap ajaran agama (Hurlock, 1973). Individu yang memiliki keyakinan tinggi terhadap ajaran agamanya tertentu dalam pengontrolan terhadap perilakunya lebih positif dibanding dengan mereka yang keyakinannya rendah. Pengendalin diri melalui belajar pada proses ibadah yang awalnya hanya dilakukan secara ritual fisik pun nantinya akan berubah menjadi pembiasaan yang apabila individu tidak melakukan hal tersebut maka akan merasa kehilangan. Pada saat melaksankan ritulanya (amalan/riyadah) setiap indivisu akan mengalami pengalaman spiritual (Peak Experience). Pengalaman spiritual ini pun akan berbeda pada setiap individu baik mendalam ataupun biasa saja.
 Ada banyak manfaat dan hikmah yang terkandung didalam ibadah tersebut seperti hadist rasulullah saw:
“Segala amal perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat, karena itu aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Tirmidzi).
Berdasarkan pada hadist di atas puasa sunnah Senin-Kamis yang dilakukan secara rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi fisik/lahiriah maupun jiwa/bathiniah dengan berpuasa sunnah Senin-Kamis individu akan mampu mengontrol dorongan-dorongan yang muncul dari id  misalnya adalah bagaimana individu mampu mengontrol dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh yakni makan pada saat berpuasa. Selain untuk mengontrol rasa lapar, puasa juga dapat menahan individu dari hal- hal uang bersifat negatif yang akan merusak pahala dan syarat sah ibadah puasa itu sendiri.
Individu yang memiliki keyakinan atau kepercayaan terhadap ajaran agama tentunya memiliki tingkat kepatuhan terhadap segala sesuatu yang diperintahkan dan yang dilarang. Kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini memunculkan kepatuhan dalam menjalankan perintah dan larangan sehingga dalam menjalankan segala yang dianjurkan tidak hanya dimotivasi oleh kebutuhan ekstrinsik, melainkan kebutuhan intrinsik yang berefek terhadap pengontrolan diri. Individu yang memiliki motif intrinsic yang tinggi, maka hasil dari kontrol diri diharapkan lebih baik (Amabile, 193). Dan motivasi intrinsik tersebut dapat mendorong perilaku yang diharapkan secara terus menerus serta berpengaruh positif terhadap hasil yang diinginkan (Sternberg & Lubart, 1995).

D.    Pengertian Kontrol Diri
Ghufron dan Risnawita (Graham,Helen.2005) menngartikan kontrol diri sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif, yang mana kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-prosesdalam kehidupan termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu ntervensi yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari stressor-stressor lingkungan. Sedangkan Gilliom (Graham,Helen.2005) menyatakan bahwa kontrol diri adalah kemempuan individu yang terdiri dari tiga aspek yaitu kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain, kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain, tanpa meyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut.
Disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan membimbing tingkah laku dan merintangi tingkah laku impulsif, ataupun kemampuan menahan tingkah laku yang dapat merugikan orang lain  serta kemampuan untuk dapat mengikuti peraturan yang berlaku, serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain.

E.     Aspek-Aspek Kontrol Diri
Gilliom (Graham,Helen.2005) menyatakan bahwa kontrl diri sebagai kemampuan yang terdiri dari tiga aspek :
1)   Kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat tidak menyakiti atau merugikan orang lain, yaitu kemampuan yang dimilki sseorang dalam bertingkah laku sehingga tidak menyakiti ata merugikan orang lain
2)   Kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku, yaitu kemampan untuk bekerja sama mendahulukan kepentingan bersama dan tidak melanggar peraturan yang ada
3)   Kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan orang lain.


BAB III
PEMBAHASAN
Hubungan Antara Puasa Senin-Kamis Sebagai Kontrol Diri Dalam Konseling Islam
Berdasarkan dari jurnal penelitian yang terdahulu yang berjudul “ Hubungan Keteraturan Menjalankan Sholat Dan Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas oleh Alif Mu’arifah Dan Sri Mulyani Martaniah Fakultas Psikologi UAD, Fakultas Psikologi UGM” mengatakan bahwa uji hipotesis dari jurnal tersebut yaitu ada hubungan antara keteraturan menjalankan puasa senin kamis dengan agresivitas, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,109 lebih kecil dari r tabel dengan p peroleh lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Keteraturan menjalankan puasa senin kamis berkorelasi negatif dengan agresivitas, meskipun hasilnya tidak signifikan, Karena p > dari 0,05. Artinya bahwa semakin teratur dan baik individu dalam menjalankan puasa senin kamis, maka semakin rendah tingkat agresivitas, dan sebaliknya semakin tidak teratur dalam menjalankan puasa senin kamis maka semakin tinggi agresivitasnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara keteraturan menjalankan sholat dan puasa senin kamis dengan agresivitas, dengan Ts 5 %. Keteraturan menjalankan sholat memiliki korelasi negatif dengan agresivitas – 0,168, puasa senin kamis memiliki korelasi negatif dengan agresivitas sebesar – 0,109. Besarnya sumbangan efektif X1 (sholat) terhadap Y (agresivitas) adalah 3,823 % dan X2 (puasa senin kamis) terhadap Y (agresivitas) 1,986 %, Secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 5,809 %.
Apabila di kaitkan Pada proses konseling klien sebaiknya di bantu melalui pendekatan spiritual. Salah satu pendekatan spiritual yang dapat di gunakan untuk membantu proses konseling kontrol diri yakni puasa sunah Senin-Kamis. Puasa senin kamis ialah puasa yang hukumnya  sunah, di mana tidak ada kewajiban dan paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain. Puasa, pada hakekatnya merupakan peribadatan, sebagai pembelajaran dalam mengendalikan nafsu yang merugikan, seperti pikiran negatif (shuudhon), nafsu marah, dendam, iri atau sikap bermusuhan terhadap sesama makhluk. Secara psikologis, ibadah tersebut merupakan proses pengontrolan dan pengendalian diri (self control) terhadap basic needs. Ibadah tersebut merupakan salah satu bagian dalam pelaksanaan ajaran agama dan unsur yang lainnya adalah unsur keyakinan terhadap ajaran agama (Hurlock, 1973). Sedangkan menurut Gilliom (Gunarsa, 2009) menyatakan bahwa kontrol diri adalah kemempuan individu yang terdiri dari tiga aspek yaitu kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain, kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain, tanpa meyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut.
Berdasarkan dari kedua definisi di atas maka puasa sunnah Senin-Kamis dapat di gunakan dalam koseling pendekatan islam sebagai kontrol diri karena dalam aspek-aspek kontrol diri memiliki kesamaan dengan hakikat dari puasa sunnah Senin-Kamis yaitu kemampuan untuk menahan atau mengendalikan diri. Selain pengendalian diri puasa sunnah senin-kamis juga apabila di laksanakan secara utin klien akan memperoleh pengalaman puncak (peak experience) yang dapat menjadi metode modifikasi perilaku terhadap klien terutama dalam hal mengendalikan diri (self control), menumbuhkan semangat beribadah dalam diri klien dan sarana membersihkan dan mensucikan diri serta mendekatkan diri kepada Allah SWT menuju pribadi yang teraktualisasi secara fisik maupaun spiritual untuk mencapai kebermaknaan hidup yang sesungguhnya.







Selain itu puasa sunnah Senin Kamis akan memberikan beberapa manfaat seperti :
1.      Memberikan kesempatan istirahat kepada alat pencernaan.
Karena pada hari saat kita tidak berpuasa alat penceranaan di dalam tubuh bekerja sangat keras, dan pada saat puasalah alat pencernaan tersebut beristirahat
2.      Membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi).
Dengan puasa Senin-Kamis, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksi dan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.
3.      Mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan gizi, yang belum tentu baik untuk kesehatan seseorang.
Kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain.

















BAB IV
KESIMPULAN


Kontrol diri adalah kemampuan membimbing tingkah laku, mengendalikan diri dan merintangi tingkah laku impulsif, ataupun kemampuan menahan tingkah laku yang dapat merugikan orang lain  serta kemampuan untuk dapat mengikuti peraturan yang berlaku, serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain. Serta kemampuan untuk menjalin hubungan kerjasama dengan orang lain.
Berdasarkan pada hadist di atas puasa sunnah Senin-Kamis yang dilakukan secara rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi fisik/lahiriah maupun jiwa/bathiniah dengan berpuasa sunnah Senin-Kamis individu akan mampu mengontrol dorongan-dorongan yang muncul dari id  misalnya adalah bagaimana individu mampu mengontrol dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh yakni makan pada saat berpuasa. Selain untuk mengontrol rasa lapar, puasa juga dapat menahan individu dari hal- hal uang bersifat negatif yang akan merusak pahala dan syarat sah ibadah puasa itu sendiri.
Berdasarkan dari kedua definisi diatas puasa sunnah senin-kamis dan kontrol diri memiliki kesamaan yakni mengendalikan diri dalam berperilaku. Sehingga mampu mengntrol dorongan-dorongan negative dari id yang tidak sesuai dengan realitas. Oleh karena itu seorang konselor muslim hendaknya dalam proses konseling akan lebih baik jika menggunakan pendekatan islam salah satunya yakni puasa senin kamis sebagai kontrol diri terhadap impuls negatif yang akan memberikan efek positif baik pisik maupun pskologis dan spiritual.









DAFTAR PUSTAKA
Mu’arifah Alif dan Martaniah Sri Mulyani. 2004. Hubungan Keteraturan Menjalankan Sholat Dan Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas. Jurnal Indonesia vol.1 Fakultas Psikologi UAD, Fakultas Psikologi UGM.
Graham,Helen.2005. Psikologi Humanistik. Pustaka Pelajar.